Burung Yang Ada Di Kalimantan Barat

Burung rangkong gading atau the helmeted hornbill (Rhinoplax vigil) merupakan spesies terancam punah yang berasal dari Asia Tenggara. Jumlahnya menurun karena perdagangan ilegal bagian penutup kepala (casque).

Bagian casque digunakan untuk bahan perhiasan, ornamen, dan obat-obatan tradisional. Penutup kepalanya terbuat dari keratin, mirip dengan gading gajah, dan harganya bisa mahal di pasar gelap.

Ciri-ciri Fisik Rangkong merupakan salah satu jenis burung bertubuh besar dengan panjang tubuh bervariasi antara 65-170 cm dan berat tubuh 290-4200 gr. Jenis kelamin rangkong dewasa dapat dikenali melalui perbedaan warna casque, warna sayap, paruh, mata dan ukuran tubuh.

Burung jantan memiliki warna bulu yang lebih mencolok dan ukuran tubuh yang lebih besar daripada betina. Hampir seluruh tubuh tertutup oleh bulu dengan berbagai warna; hitam, abu-abu, putih dan sedikit variasi warna lain (kuning dan merah) pada bagian kulit leher, kepala, dan lingkar mata.

Perilaku Unik Burung rangkong gading dikenal dengan kebiasaan bersarangnya yang unik. Rangkong gading betina tidak akan terbang mencari makan, tetapi berdiam di dalam sarang kayu yang memiliki lubang sambil mengerami telur.

Rangkong gading jantan mempertahankan wilayahnya dan mencari makan. Fakta menarik lainnya dari burung enggang gading adalah kesetiaannya terhadap pasangannya sampain seumur hidup (monogami).

Maskot Kalimantan Barat Mengutip dari web Rangkong Indonesia, rangkong gading ditetapkan sebagai maskot Kalimantan Barat sejak tahun 1990. Rangkong gading dipilih oleh masyarakat dayak karena memiliki banyak sekali filosofi dari perilaku dan ciri fisik satwa ini. Rangkong dianggap memiliki sifat keluhuran dan berjiwa pemimpin serta sifatnya yang setia melambangkan sifat tanggung jawab. Bukan hanya itu, masyarakat dayak juga percaya bahwa rangkong gading ini simbol melindungi, kemakmuran, kesucian, dan ketegasan.

Konservasi dan Ancaman Kepunahan Rangkong gading adalah ikon konservasi dari hutan tropis di Asia. Pada tahun 2015, status IUCN burung ini dinaikkan dari Near Threatened menjadi Critical Endangered atau satu tahap lagi menuju kepunahan. Rangkong gading juga dilindungi oleh CITES dengan status Appendix I semenjak tahun 1975 karena mengingat fungsi ekologisnya yang sangat penting.

Spesies ini menghadapi ancaman kepunahan dengan hilangnya habitat dan sumber makanan, tingkat reproduksi yang relatif rendah, dan juga perburuan untuk mengambil casque sebagai bahan baku perhiasan, ornamen, dan obat-obatan tradisional. Semua ini dikarenakan casque dari rangkong gading memiliki kerapatan pori-pori yang lebih kecil dibandingkan gading gajah.

Upaya penyelamatan rangkong gading antara lain dengan mengurangi permintaan produk rangkong, meningkatkan penegakan hukum, dan mengidentifikasi populasi penting serta titik perburuan untuk upaya konservasi. dan telah dinyatakan terancam punah oleh IUCN, namun upaya penegakan hukum belum memadai.

Penulis: Inge Oktavianti

https://rangkong.org/berita/enggang-gading-si-burung-besar-maskot-kalimantan-barat

BURUNG RANGKONG YANG DIHORMATI DI KALIMANTAN

Tidak hanya di Hutan Kehje Sewen, Kalimantan Timur, yang menjadi rumah bagi burung rangkong yang luar biasa menarik itu, Tim pemantauan kami di Pulau Juq Kehje Swen, sekitar 10 kilometer dari hutan Kehje Sewen, juga menemukan burung rangkong bersarang di sana. Pulau Juq Kehje Swen adalah pulau berhutan seluas 82,84 hektar hasil kerja sama dan yang melibatkan BOS Foundation dan PT. Nusaraya Agro Sawit (NUSA). Pulau itu dimanfaatkan untuk menampung orangutan yang tengah menjalani tahap pra-pelepasliaran.

Burung rangkong, juga dikenal dengan nama enggang atau julang ini masuk dalam suku Bucerotidae. Nama ilmiah ‘buceros’ merujuk pada paruh yang bentuknya menyerupai tanduk sapi dalam bahasa Yunani. Cara termudah mengidentifikasi rangkong adalah dari paruhnya yang besar, bentuknya khas, dan warnanya mencolok. Ciri khas lain burung ini adalah tubuhnya besar, teriakan nyaring dan kepak sayap yang keras saat terbang melintas.

Saat sedang melakukan kegiatan mengamati orangutan, tim kami sempat menemukan beberapa jenis burung rangkong di pulau, yaitu rangkong badak (Buceros rhinoceros), kangkareng perut-putih (Anthracoceros albirostris), kangkareng hitam (Antracoceros malayanus), julang emas (Aceros undulatus), julang jambul hitam (Aceros corrugatus) dan enggang klihingan (Anorrhinus galeritus).

Burung rangkong tak hanya berperan penting menjaga  kualitasi ekosistem hutan, mereka juga terhubung erat dengan budaya Dayak. Bagi orang Dayak, rangkong adalah perlambang kesucian, kekuasaan, dan kekuatan. Ini tergambar jelas dalam seni tari tradisional Dayak yang banyak dihiasi oleh bulu burung rangkong.

Masyarakat Dayak juga percaya mereka bisa berkomunikasi dengan leluhur melalui perantaraan rangkong, dan bahwa roh pelindung Pulau Kalimantan berwujud rangkong raksasa legendaris yang dikenal sebagai Panglima Burung.

Burung besar ini memang tidak bisa dipisahkan dengan tradisi dan budaya masyarakat Dayak!

Rangkong Gading. Foto: Rangkong Indonesia/Yoki Hadiprakarsa

Makanan utama rangkong gading sangat spesifik, berupa buah beringin atau ara berukuran besar. Hanya hutan yang belum rusak yang dapat menyediakan pakan ini dalam jumlah banyak sepanjang tahun. Makanan lain berupa binatang-binatang kecil hanya dikonsumsi sekitar 2 persen dari keseluruhan komposisi makanannya.

Sama seperti semua jenis burung enggang, Rangkong gading hanya memiliki satu pasangan selama hidupnya (monogami). Setelah menemukan lubang sarang yang tepat, sang betina akan masuk dan mengurung diri.

Butuh sekitar 180 hari bagi rangkong untuk menghasilkan satu anak. Bersama rangkong jantan, lubang sarang akan ditutup menggunakan adonan berupa tanah liat yang dibubuhi kotorannya. Celah sempit disisakan pada lubang penutup untuk mengambil hantaran makanan dari sang jantan, dan juga untuk menjaga suhu dan kebersihan di dalam sarang.

Di dalam sarang, sang betina akan meluruhkan sebagian bulu terbangnya (moulting) untuk membuat alas demi menjaga kehangatan telur. Burung betina tidak akan dapat terbang dan bergantung sepenuhnya pada sang jantan, sampai sang anak keluar dari sarang. Tahap bertelur, mengerami, menetas, sampai anak siap keluar dari sarang membutuhkan waktu selama enam bulan.

Setiap tahunnya habitat rangkong gading di Indonesia yang berupa hutan tropis dataran rendah sampai perbukitan menghilang. Kondisi ini diperburuk dengan perburuan yang semakin meningkat dalam 5 tahun terakhir. doc/Rangkong Indonesia

Poonswad, dalam bukunya Ecology and Conservation menyatakan bahwa terdapat lima tahapan proses bersarang pada rangkong yaitu:

Pertama, tahap pre-nesting yaitu periode perkawinan. Ditunjukkan dengan usaha menemukan sarang (termasuk mengunjungi sarang) sebelum betina terkurung, berlangsung antara satu sampai tiga minggu.

Kedua, tahap pre-laying yaitu masa betina mulai terkurung sampai peletakan telur pertama, selama satu minggu. Periode aman bagi rangkong untuk mengeluarkan telurnya.

Ketiga, tahap egg incubation yaitu masa peletakkan telur pertama sampai telur pertama menetas, selama enam minggu. Pada Kangkareng perut putih hanya berlangsung selama empat minggu.

Keempat, tahap nesting yaitu masa dari induk betina keluar dari sarang (lobang sarang ditutup kembali) hingga anak memiliki bulu lengkap dan siap untuk terbang, berlangsung selama 8 - 13 minggu.

Kelima, tahap fledging yaitu masa dari pemecahan penutup sarang sampai semua anak keluar, memerlukan waktu dari hitungan beberapa jam hingga dua minggu, jika anak lebih dari satu.

Hilangnya hutan sebagai habitat utama, minimnya upaya konservasi, dan maraknya perburuan adalah perpaduan mengerikan bagi masa depan Rangkong Gading. Berbagai jenis pohon beringin yang menyediakan makanan utama bagi Rangkong Gading dianggap tidak memiliki nilai ekonomis sehingga keberadaannya tidak pernah diharapkan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P 57/Menhut-II/2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008-2018 kelompok enggang dikategorikan sebagai satwa prioritas tinggi di antara kelompok burung, terutama rangkong gading (Rhinoplax vigil) yang merupakan spesies prioritas di antara kelompok enggang.

Mengingat tingginya ancaman perburuan dan perdagangan di masa lampau, konvensi internasional untuk perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam (CITES) sudah memasukkan rangkong gading ke dalam Appendix I semenjak tahun 1975.

Di Indonesia sendiri, mengingat fungsi ekologisnya yang sangat penting, semua jenis enggang dalam famili Bucerotidae dilindungi oleh UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1990.

Pada tahun 2015, status konservasi rangkong gading di tingkat internasional mengalami perubahan di mana yang semula terancam punah (Near Threatened) menjadi kritis (Critically Endangered), yang merupakan status konservasi terakhir sebelum punah (Extinct). doc/Rangkong Indonesia

Pada tahun 2015, status konservasi rangkong gading di tingkat internasional mengalami perubahan di mana yang semula terancam punah (Near Threatened) menjadi kritis (Critically Endangered), yang merupakan status konservasi terakhir sebelum punah (Extinct).

Burung rangkong gading (Rhinoplax vigil) adalah ikon konservasi dari hutan tropis di Asia. Suaranya yang khas dan keras dapat terdengar di hutan-hutan tropis di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, kemudian sebelah selatan Thailand dan Myanmar, Semenanjung Malaysia. Burung enggang berukuran besar ini memiliki peranan penting secara ekologis dan budaya, namun kondisinya kini mendekati kepunahan.

Sebagai pemakan buah terbesar di antara jenis spesiesnya, burung ini secara ekologis berperan penting dalam menjaga dinamika hutan tropis yaitu melalui pemencaran biji dari buah yang dimakannya. Seperti jenis enggang di Asia lainnya, untuk berbiak, rangkong gading membutuhkan lubang pohon yang alami terbentuk dengan ukuran yang sangat spesifik. Rangkong gading sedikitnya membutuhkan 6 bulan untuk berkembang biak dan menghasilkan seekor anak.

Rangkong gading juga memiliki nilai budaya penting untuk masyarakat Indonesia, khususnya untuk masyarakat suku Dayak di Kalimantan. Di Provinsi Kalimantan Barat, burung ini merupakan simbol kebanggaan provinsi yang melambangkan keberanian dan keagungan Suku Dayak yang masih banyak mendominasi di provinsi paling barat pulau Kalimantan. Di provinsi paling selatan pulau Sumatera, rangkong gading memiliki nilai budaya yang melambangkan keagungan dan kepemimpinan bagi masyarakat pribumi Provinsi Lampung.

Dalam keluarga enggang, famili Bucerotidae, hanya rangkong gading yang memiliki balung (casque) yang besar dan padat di bagian atas paruhnya. Bagian padat dari balungnya terbentuk dari materi keratin yang umum disebut sebagai gading rangkong. Dengan karakteristik unik perpaduan warna kuning lembayung dan merah dengan tingkat kekerasan lebih lunak daripada gading gajah, gading rangkong menjadi incaran untuk dijadikan hiasan semenjak abad ke-14.

“Namun, informasi mengenai perburuan dan perdagangan rangkong gading sangatlah minim,” ungkap Yoki sapaan akrab Yokyok Hadiprakarsa dari Rangkong Indonesia dalam media workshop Rangkong Gading dan Arwana Red, yang digelar Yayasan Kehati, TFCA Kalimantan dan SIEJ, Rabu 28 Agustus 2019 di Jakarta.

Temuan 6000 burung mati dalam Investigasi 2013 di Kalimantan Barat. doc/Rangkong Indonesia

Yoki menjelaskan, setiap tahunnya habitat rangkong gading di Indonesia yang berupa hutan tropis dataran rendah sampai perbukitan menghilang. Kondisi ini diperburuk dengan perburuan yang semakin meningkat dalam 5 tahun terakhir. Pada tahun 2012-2013 di Kalimantan Barat, 6000 rangkong gading dewasa mati dan diambil kepalanya.

Temuan ini juga didukung dengan penyitaan 1291 paruh gangkong gading dalam rentang tahun 2012-2016 oleh pihak berwenang di Indonesia, di mana sebagian besar barang yang disita berasal dari Kalimantan Barat. Untuk burung yang memiliki perkembangbiakan yang lambat seperti rangkong gading, yang hanya menghasilkan satu anakan per tahun, perburuan dapat memberi dampak yang besar terhadap keberlangsungan populasinya di alam.

Sebanyak 72 paruh rangkong gading yang hendak diselundupkan pelaku TLC ke Hong Kong digagalkan petugas Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Foto: KLHK/BKSDA Jakarta

Lemahnya Pengawasan dan Maraknya Perburuan

Rabu 17 Juli 2019 lalu, pukul 05.00 WIB. Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Jakarta bersama Aviation Security [Avsec] dan Balai Karantina Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, menggagalkan penyelundupan 72 paruh burung rangkong gading [Rhinoplax vigil]. Seorang wanita inisial TLC [48 tahun] diamankan bersama barang bukti kejahatan tersebut yang hendak dibawa ke Hong Kong.

“Ini komitmen KLHK menindak kejahatan tumbuhan dan satwa liar melalui kolaborasi dan sinergi sejumlah pihak,” terang Dirjen Penegakan Hukum KLHK Rasio Ridho Sani dalam keterangan tertulis

Modus operandinya membungkus paruh rangkong dengan kertas alumunium foil, lalu dimasukan dalam kaleng biskuit. Kemudian, disamarkan dengan biskuit di atasnya. Enam kaleng itu dimasukkan dalam sebuah tas jinjing besar biru.

“Saat pemeriksaan, petugas mencurigai isinya. Setelah diperiksa isinya 72 paruh rangkong gading. Atas temuan itu, petugas Avsec dan Karantina melaporkan ke BKSDA DKI Jakarta, lalu pelaku beserta barang bukti diserahkan ke Balai Gakkum Jabalnusra Seksi Wilayah I Jakarta untuk penyidikan,” katanya.

“Upaya pengamanan dan pemantauan aktivitas perdagangan satwa liar dilindungi di bandara, pelabuhan, dan terminal bus terus ditingkatkan untuk mencegah peredaran ilegal tumbuhan dan satwa liar dilindungi,” terang Direktur Pencegahan dan Pengamanan Hutan Ditjen Gakkum, Sustyo Iryono.

Sustyo mengatakan, TLC sudah ditetapkan sebagai tersangka. Penyidik bersama Polda berkoordinasi untuk melakukan penahanan. “Yang bersangkutan mengaku sebagai kurir,” paparnya.

Jalur penjualan Rangkong Gading. doc/Rangkong Indonesia

Rangkong Gading. Foto: Rangkong Indonesia/Yoki Hadiprakarsa

Makanan utama rangkong gading sangat spesifik, berupa buah beringin atau ara berukuran besar. Hanya hutan yang belum rusak yang dapat menyediakan pakan ini dalam jumlah banyak sepanjang tahun. Makanan lain berupa binatang-binatang kecil hanya dikonsumsi sekitar 2 persen dari keseluruhan komposisi makanannya.

Sama seperti semua jenis burung enggang, Rangkong gading hanya memiliki satu pasangan selama hidupnya (monogami). Setelah menemukan lubang sarang yang tepat, sang betina akan masuk dan mengurung diri.

Butuh sekitar 180 hari bagi rangkong untuk menghasilkan satu anak. Bersama rangkong jantan, lubang sarang akan ditutup menggunakan adonan berupa tanah liat yang dibubuhi kotorannya. Celah sempit disisakan pada lubang penutup untuk mengambil hantaran makanan dari sang jantan, dan juga untuk menjaga suhu dan kebersihan di dalam sarang.

Di dalam sarang, sang betina akan meluruhkan sebagian bulu terbangnya (moulting) untuk membuat alas demi menjaga kehangatan telur. Burung betina tidak akan dapat terbang dan bergantung sepenuhnya pada sang jantan, sampai sang anak keluar dari sarang. Tahap bertelur, mengerami, menetas, sampai anak siap keluar dari sarang membutuhkan waktu selama enam bulan.

Setiap tahunnya habitat rangkong gading di Indonesia yang berupa hutan tropis dataran rendah sampai perbukitan menghilang. Kondisi ini diperburuk dengan perburuan yang semakin meningkat dalam 5 tahun terakhir. doc/Rangkong Indonesia

Poonswad, dalam bukunya Ecology and Conservation menyatakan bahwa terdapat lima tahapan proses bersarang pada rangkong yaitu:

Pertama, tahap pre-nesting yaitu periode perkawinan. Ditunjukkan dengan usaha menemukan sarang (termasuk mengunjungi sarang) sebelum betina terkurung, berlangsung antara satu sampai tiga minggu.

Kedua, tahap pre-laying yaitu masa betina mulai terkurung sampai peletakan telur pertama, selama satu minggu. Periode aman bagi rangkong untuk mengeluarkan telurnya.

Ketiga, tahap egg incubation yaitu masa peletakkan telur pertama sampai telur pertama menetas, selama enam minggu. Pada Kangkareng perut putih hanya berlangsung selama empat minggu.

Keempat, tahap nesting yaitu masa dari induk betina keluar dari sarang (lobang sarang ditutup kembali) hingga anak memiliki bulu lengkap dan siap untuk terbang, berlangsung selama 8 - 13 minggu.

Kelima, tahap fledging yaitu masa dari pemecahan penutup sarang sampai semua anak keluar, memerlukan waktu dari hitungan beberapa jam hingga dua minggu, jika anak lebih dari satu.

Hilangnya hutan sebagai habitat utama, minimnya upaya konservasi, dan maraknya perburuan adalah perpaduan mengerikan bagi masa depan Rangkong Gading. Berbagai jenis pohon beringin yang menyediakan makanan utama bagi Rangkong Gading dianggap tidak memiliki nilai ekonomis sehingga keberadaannya tidak pernah diharapkan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P 57/Menhut-II/2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008-2018 kelompok enggang dikategorikan sebagai satwa prioritas tinggi di antara kelompok burung, terutama rangkong gading (Rhinoplax vigil) yang merupakan spesies prioritas di antara kelompok enggang.

Mengingat tingginya ancaman perburuan dan perdagangan di masa lampau, konvensi internasional untuk perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam (CITES) sudah memasukkan rangkong gading ke dalam Appendix I semenjak tahun 1975.

Di Indonesia sendiri, mengingat fungsi ekologisnya yang sangat penting, semua jenis enggang dalam famili Bucerotidae dilindungi oleh UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1990.

Pada tahun 2015, status konservasi rangkong gading di tingkat internasional mengalami perubahan di mana yang semula terancam punah (Near Threatened) menjadi kritis (Critically Endangered), yang merupakan status konservasi terakhir sebelum punah (Extinct). doc/Rangkong Indonesia

Pada tahun 2015, status konservasi rangkong gading di tingkat internasional mengalami perubahan di mana yang semula terancam punah (Near Threatened) menjadi kritis (Critically Endangered), yang merupakan status konservasi terakhir sebelum punah (Extinct).

Burung rangkong gading (Rhinoplax vigil) adalah ikon konservasi dari hutan tropis di Asia. Suaranya yang khas dan keras dapat terdengar di hutan-hutan tropis di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, kemudian sebelah selatan Thailand dan Myanmar, Semenanjung Malaysia. Burung enggang berukuran besar ini memiliki peranan penting secara ekologis dan budaya, namun kondisinya kini mendekati kepunahan.

Sebagai pemakan buah terbesar di antara jenis spesiesnya, burung ini secara ekologis berperan penting dalam menjaga dinamika hutan tropis yaitu melalui pemencaran biji dari buah yang dimakannya. Seperti jenis enggang di Asia lainnya, untuk berbiak, rangkong gading membutuhkan lubang pohon yang alami terbentuk dengan ukuran yang sangat spesifik. Rangkong gading sedikitnya membutuhkan 6 bulan untuk berkembang biak dan menghasilkan seekor anak.

Rangkong gading juga memiliki nilai budaya penting untuk masyarakat Indonesia, khususnya untuk masyarakat suku Dayak di Kalimantan. Di Provinsi Kalimantan Barat, burung ini merupakan simbol kebanggaan provinsi yang melambangkan keberanian dan keagungan Suku Dayak yang masih banyak mendominasi di provinsi paling barat pulau Kalimantan. Di provinsi paling selatan pulau Sumatera, rangkong gading memiliki nilai budaya yang melambangkan keagungan dan kepemimpinan bagi masyarakat pribumi Provinsi Lampung.

Dalam keluarga enggang, famili Bucerotidae, hanya rangkong gading yang memiliki balung (casque) yang besar dan padat di bagian atas paruhnya. Bagian padat dari balungnya terbentuk dari materi keratin yang umum disebut sebagai gading rangkong. Dengan karakteristik unik perpaduan warna kuning lembayung dan merah dengan tingkat kekerasan lebih lunak daripada gading gajah, gading rangkong menjadi incaran untuk dijadikan hiasan semenjak abad ke-14.

“Namun, informasi mengenai perburuan dan perdagangan rangkong gading sangatlah minim,” ungkap Yoki sapaan akrab Yokyok Hadiprakarsa dari Rangkong Indonesia dalam media workshop Rangkong Gading dan Arwana Red, yang digelar Yayasan Kehati, TFCA Kalimantan dan SIEJ, Rabu 28 Agustus 2019 di Jakarta.

Temuan 6000 burung mati dalam Investigasi 2013 di Kalimantan Barat. doc/Rangkong Indonesia

Yoki menjelaskan, setiap tahunnya habitat rangkong gading di Indonesia yang berupa hutan tropis dataran rendah sampai perbukitan menghilang. Kondisi ini diperburuk dengan perburuan yang semakin meningkat dalam 5 tahun terakhir. Pada tahun 2012-2013 di Kalimantan Barat, 6000 rangkong gading dewasa mati dan diambil kepalanya.

Temuan ini juga didukung dengan penyitaan 1291 paruh gangkong gading dalam rentang tahun 2012-2016 oleh pihak berwenang di Indonesia, di mana sebagian besar barang yang disita berasal dari Kalimantan Barat. Untuk burung yang memiliki perkembangbiakan yang lambat seperti rangkong gading, yang hanya menghasilkan satu anakan per tahun, perburuan dapat memberi dampak yang besar terhadap keberlangsungan populasinya di alam.

Sebanyak 72 paruh rangkong gading yang hendak diselundupkan pelaku TLC ke Hong Kong digagalkan petugas Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Foto: KLHK/BKSDA Jakarta

Lemahnya Pengawasan dan Maraknya Perburuan

Rabu 17 Juli 2019 lalu, pukul 05.00 WIB. Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Jakarta bersama Aviation Security [Avsec] dan Balai Karantina Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, menggagalkan penyelundupan 72 paruh burung rangkong gading [Rhinoplax vigil]. Seorang wanita inisial TLC [48 tahun] diamankan bersama barang bukti kejahatan tersebut yang hendak dibawa ke Hong Kong.

“Ini komitmen KLHK menindak kejahatan tumbuhan dan satwa liar melalui kolaborasi dan sinergi sejumlah pihak,” terang Dirjen Penegakan Hukum KLHK Rasio Ridho Sani dalam keterangan tertulis

Modus operandinya membungkus paruh rangkong dengan kertas alumunium foil, lalu dimasukan dalam kaleng biskuit. Kemudian, disamarkan dengan biskuit di atasnya. Enam kaleng itu dimasukkan dalam sebuah tas jinjing besar biru.

“Saat pemeriksaan, petugas mencurigai isinya. Setelah diperiksa isinya 72 paruh rangkong gading. Atas temuan itu, petugas Avsec dan Karantina melaporkan ke BKSDA DKI Jakarta, lalu pelaku beserta barang bukti diserahkan ke Balai Gakkum Jabalnusra Seksi Wilayah I Jakarta untuk penyidikan,” katanya.

“Upaya pengamanan dan pemantauan aktivitas perdagangan satwa liar dilindungi di bandara, pelabuhan, dan terminal bus terus ditingkatkan untuk mencegah peredaran ilegal tumbuhan dan satwa liar dilindungi,” terang Direktur Pencegahan dan Pengamanan Hutan Ditjen Gakkum, Sustyo Iryono.

Sustyo mengatakan, TLC sudah ditetapkan sebagai tersangka. Penyidik bersama Polda berkoordinasi untuk melakukan penahanan. “Yang bersangkutan mengaku sebagai kurir,” paparnya.

Jalur penjualan Rangkong Gading. doc/Rangkong Indonesia

Suara Kalbar – Kalimantan Barat, sebuah destinasi yang kaya akan keindahan alam dan budaya, menyajikan pengalaman wisata kuliner yang tak terlupakan.

Salah satu makanan khas yang patut dicoba adalah Burung Punai, dengan bulu hijau dan paruh merah yang menjadikannya istimewa.

Dibawah ini kita akan membahas keunikan wisata kuliner di Kalimantan Barat, mengulas seputar makanan khas Burung Punai yang menarik perhatian wisatawan.

Burung Punai, dengan penampilannya yang menyerupai burung dara atau burung merpati, memiliki daya tarik tersendiri.

Namun, keunikan sesungguhnya terletak pada cita rasa lezat yang dihasilkan melalui pengolahan dan penambahan bumbu khusus.

Makanan ini menjadi bukti bahwa kuliner Kalimantan Barat tak hanya tentang penampilan visual, tetapi juga menggugah selera.

Makanan khas Kalimantan Barat ini tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga lidah.

Dengan penggunaan bumbu khusus, Burung Punai memberikan sensasi rasa yang unik dan menggugah selera.

Rasanya yang khas membuatnya menjadi hidangan favorit bagi wisatawan yang ingin menjelajahi keberagaman kuliner di daerah ini.

Burung Punai sering dinikmati pada malam hari, menciptakan pengalaman kuliner yang berbeda dan menarik.

Suasana malam yang tenang ditambah dengan aroma lezat dari Burung Punai menciptakan momen kuliner yang tak terlupakan.

Inilah yang membuat wisata kuliner di Kalimantan Barat begitu istimewa.

Dengan mencicipi Burung Punai, wisatawan tidak hanya dapat mengeksplorasi kelezatan kuliner Kalimantan Barat tetapi juga merasakan nuansa lokal yang autentik.

Makanan ini menjadi jendela bagi para pelancong untuk merasakan keanekaragaman budaya dan cita rasa di daerah ini.

Burung Punai bukan hanya bagian dari keindahan alam Kalimantan Barat, tetapi juga menjadi elemen penting dalam memperkaya pengalaman wisata kuliner.

Keunikan kuliner ini mencerminkan keberagaman budaya dan kekayaan alam daerah, menciptakan kenangan tak terlupakan bagi setiap pelancong.

Dengan keunikan Burung Punai, wisata kuliner di Kalimantan Barat memberikan pengalaman yang lebih dari sekadar mencicipi makanan.

Ini adalah perjalanan kuliner yang memanjakan indera dan menyelami keberagaman budaya setempat.

Jadi, saat berkunjung ke Kalimantan Barat, pastikan untuk menyertakan Burung Punai dalam daftar kuliner yang wajib dicoba.

Selamat menikmati kelezatan dan keindahan yang ditawarkan oleh destinasi wisata kuliner ini!

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

- Burung rangkong termasuk hewan langka yang dilindungi. Di ekowisata Hutan Meranti, Kalimantan Selatan, burung ini terawat dengan baik.Burung langka dan dilindungi bisa kamu temukan di ekowisata Hutan Meranti, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Tidak hanya bertemu, bahkan kamu bisa berinteraksi langsung dengan burung eksotis Kalimantan dan aneka unggas lainnya di dalam kubah ukuran besar.Burung endemik Kalimantan yang terdapat di konservasi burung ini antara lain adalah burung Rangkong. Burung rangkong dikenal sebagai burung enggang. Dalam bahasa Inggris disebut juga dengan hornbill dikarenakan paruhnya memiliki cula layaknya tanduk sapi.Di Kalimantan, masyarakat Dayak menganggap burung rangkong dikeramatkan. Burung tersebut diyakini oleh Suku Dayak sebagai jelmaan dari panglima gunung yang sangat dihormati.Burung rangkong termasuk dalam spesies yang dilindungi. Terlebih, burung rangkong saat ini berada di ambang kepunahan. Maraknya perburuan liar, kerusakan hutan, alih fungsi hutan alami adalah faktor utama penyebab diambang punahnya hewan eksotis ini.Yang unik dari burung rangkong adalah, sekarang berperan dalam penyebaran benih pohon di hutan. Burung rangkong populasinya tersebar hampir di seluruh Pulau Kalimantan.Selain burung rangkong, terdapat juga burung beo di kawasan konservasi ini. Selayaknya burung rangkong, burung beo pun ternyata memiliki peran dalam penyebaran benih pohon dan tanaman di hutan.Burung bernama latin Gracula religiosa ini memiliki keistimewaan, sebab jika dilatih maka akan pandai menirukan ucapan manusia. Tidak heran burung ini banyak diburu untuk dijadikan hewan peliharaan.Namun tidak perlu khawatir, sebab burung rangkong dan beo di ekowisata Hutan Meranti sangat terlindungi dan terawat dengan baik. Secara rutin petugas akan menyediakan buah-buahan segar setiap harinya dan menjaga kondisi kandang tetap bersih.Di dalam kawasan konservasi terdapat skybridge, sehingga memudahkan pengunjung dalam berkeliling dan bisa berinteraksi langsung dengan aneka burung dan unggas yang ada.

Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.

Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.